Beberapa teknik peta kompas yang harus dikuasai oleh para pendaki pemula adalah membaca peta, teknik orientasi, resection, intersection dan azimuth-bazk azimuth.
1. Membaca Peta
Membaca peta adalah membayangkan peta dari bentuknya yang dua dimensi kedalam tiga dimensi. Yang paling penting dalam membaca peta adalah membaca garis-garis ketinggian yang disebut kontur, dan membaca berbagai simbol dalam peta berdasar legenda peta.
Sifat-sifat kontur adalah :
1. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebutkan untuk hal khusus seperti kawah, danau atau depresi tanah.
2. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.
3. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapatan kedua garis berubah-ubah.
4. Daerah datar mempunyai garis kontur yang jarang, sedangkan daerah yang terjal/curam mempunyai garis kontur yang rapat.
5. Punggungan gunung/bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk ”U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak. Punggungan biasa dipakai sebagai jalur pendakian karena cenderung landai dibanding lembah yang sering terlihat curam.
6. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk ”V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke puncak.
Pada peta keluaran Bakosurtanal (1:50:000), garis kontur tebal dibuat untuk setiap kelipatan 250 meter (kontur tebal untuk ketinggian 750, 100, 1250 meter, dst), atau setiap selang 10 kontur.
Dalam membaca peta perhatikan pula titik ketinggian atau yang disebut dengan Triangulasi, yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakan tinggi relatif suatu tempat dari permukaan laut
Gambar Membayangkan Peta dengan keadaan sebenarnya
(Copyright Norman Edwin)
2. Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Untuk keperluan praktis, utara kompas (utara magnetis/magnetic north) dapat dianggap satu titik dengan utara sebenarnya (true north), tanpa memperhitungkan adanya deklinasi.
Langkah-langkah orientasi peta :
1. Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
2. Letakkan peta pada bidang datar
3. Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang medan alam yang dihadapi.
4. Letakkan kompas di atas peta, pastikan bahwa arah utara di peta sama dengan arah utara di peta.
5. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut di peta.
6. Ingat tanda-tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya dan di peta. Ingat hal-hal yang khas dari medan.
Gambar Teknik Orientasi Peta
(Copyright Norman Edwin)
3. Resection
Resection maksudnya adalah ”dimana saya”, sedang intersection artinya ”dimana dia”. Prinsip resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Tanda medan yang dikenali seperti puncakan bukit, pertigaan sungai, percabangan jalan, bangunan yang ada di peta, dll. Teknik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk membidik tanda medan.
Langkah-langkahnya :
1. Lakukan orientasi peta.
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di medan dan di peta, minimal dua buah (B dan C).
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita.
5. Pindahkan sudut bidikan yang di dapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya (back azimuth).
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta.
Gambar Teknik Resection
4. Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat di medan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection kita harus sudah yakin posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection :
1. Lakukan orientasi peta dan pastikan pisisi kita di peta (A).
2. Bidik objek yang kita amati (C).
3. Pindahkan sudut yang didapat ke peta.
4. Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta (B). Lakukan langkah b) dan c).
5. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi objek yang dimaksud (C).
5. Azimuth – Back Azimut
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah Utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga dengan Sudut Kompas (SK). Back Azimuth adalah kebalikan dari sudut kompas (KSK).
Bila kita berjalan dari satu titik ke titik lain dengan SK tetap (istilah lainnya ”potong kompas”), maka harus diusahakan agar lintasannya berupa garis lurus. Untuk itu digunakan teknik back azimuth. Prinsipnya adalah membuat lintasa berada pada garis lurus dengan cara membidikkan kompas ke muka dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya :
1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (SK). Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal, kebalikan arah perjalanan. Sudut yang terakhir ini adalah sudut back azimuth.
2. Perhatikan tanda medan yang mencolok pada titik awal perjalanan (pohon besar, pohon tumbang, longsoran tebing, susunan pohon yang khas, ujung kampung, dll)
3. Bidikkan kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (SK). Perhatikan tanda medan lain di ujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.
4. Setelah sampai pada tanda medan itu, bidikkan kembali kompas ke belakang (sudut back azimuth) untuk mengecek apakah kita berada pada lintasan yang benar.
5. Jika tidak ada tanda medan yang dijadikan sasaran, dalam hal ini, anda dan rekan anda yang menjadi tanda medan tsb.
Gambar Teknik Azimut dan Back Azimuth
Perhatikan rumus berikut :
Jika SK < 180o ? KSK = SK + 180o
Jika SK > 180o ? KSK = SK - 180o
Jika SK = 180o ? KSK = 360o
Jika SK = 0o / 360o ? KSK = 180o
Sebagai penutup materi teknik peta kompas, perlu disampaikan bahwa mengandalkan teknik peta kompas boleh jadi merupakan suatu hal yang ideal. Teknik ini memerlukan kemampuan teknis yang harus dilatih terus menerus.
Oleh karena itu kemampuan mengenali medan perjalanan secara insting perlu diasah, sebab terkadang insting inilah yang malah lebih banyak dipakai dalam perjalanan dan bisa menjadi panduan ketika tersesat. Dalam konteks inilah, menentukan arah tanpa kompas perlu dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.