Rabu, 24 Juli 2019

Panjat Tebing


Panjat tebing adalah menaiki atau memanjat tebing yang memanfaatkan celah atau benjolan yang dapat digunakan sebagai pijakan atau pegangan, dalam suatu pemanjatan untuk menambah ketinggian. Secara singkat akan dibahas sedikit materi tentang panjat tebing. 

Untuk Pendakian Tebing perlengkapan yang biasa digunakan adalah
1. Tali karmantel berfungsi untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh. Karmantel dibagi beberapa jenis, yaitu: tali serat alam, hawser laid, core, dan sheat rope. Karmantel juga dibedakan menjadi dua bagian dilihat dari bahannya meliputi karmantel statis dan karmantel dinamis. 
  

2. Tali webbing ; salah satah satu peratalan panjat tebing yang berbentuk pipih seperti pita, yang terbuat dari nylon, yang tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lentur. Memiliki panjang standart 5meter dan lebar 50 mm, mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai hardness, pengikat di tubuh, biasa digunakan untuk macam-macam body slings.

3. Sling ; berfungsi sebagai penghubung, membuat natural poin dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing, mengurangi gaya gesek (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang. Terdiri dari wire rope sling, chain sling, webbing sling, dan round sling
    
Macam-macam wire rope sling

          
Macam-macam chain sling

  
Macam-macam Webbing Sling

4. Chock ; yaitu alat dalam pendakian tebing yang dimasukkan ke celah batu dengan tangan sehingga terjepit dan dapat menahan berat badan dari arah tertentu. Chock mempunyai tiga bentuk a. Hexentric (berbentuk segi enam), b.Stopper (berbentuk simetris), c.Trieams (berbentuk paruh burung). Karena keterbatasannya diciptakan alat pengapit yang disebut friend, yang bisa menyesuaikan bentuk dengan celah tebing.
     
5. Piton ; adalah alat yang ditancapkan pada rekahan tebing dengan hammer. Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer.
   

6. Hammer/palu 

7. Etrier atau Stirrup ; Tangga untuk membantu menambah ketinggian tanpa menjejakkan kaki pada tebing. Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.
         


8. Harnes berfungsi sebagai pengaman tubuh dan mengurangi rasa sakit saat memanjat. Harnes meliputi jenis harnes full body, seat harnes dan harnes webing. 
   
Full Body Harness Seat Harness Webbing Harness

9. Carabiner/cinci kait, berfungsi sebagi alat yang menghubungkan peralatan yang juga demi memudahkan proses pelepasan peralatan tersebut. Carbiner dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu:carbiner oval, delta, screw (ulir), non screw dan otomatis. 
   

Carabiner Oval Carabiner Pear Carabiner Delta
  

  
10. Mailon Rapid, sebuah carbiner fungsinya sama dengan carbiner umum lainya. Carbiner ini biasanya digunakan dalam kegiatan penelusuran Gua. Terbuat dari aluminium alloy dan dibagi berdasarkan bentuknya, yakni: oval, delta, dan half moon (semi circular). 
  

11. Ascender, umumnya merupakan peralatan mekanik yang digunakan untuk menelusuri atau menaiki suatu lintasan tali. Peralatan ini dibagi dua, yakni:1) menurut peganganya meliputi handle ascender (SRT, petzl expedition danascention) dan non handle ascender (Petzl Basic, Croll, Gibbs Shunt); serta 2) menurut prinsip kerja gigi/cam-nya meliputi: sprung cam (petz basic dancroll) dan cam loaded (gibbs shunt dan hiebler). 
    
12. Descender, merupakan peralatan yang digunakan untuk menuruni tali. Cara menuruni tali tersebut biasanya disebut descendering atau abseiling rappeling dimana laju alat ditahan dengan tali. Beberapa jenis descendeur yaitu (a) Figure of eight, (b) Brake bar, (c) Bobbin (petzl descendeur), yang terdiri dari single rope dan double rope
   
   
13. Chalk bag dimana chalk bag berfungsi sebagai wadah penyimpanan Magnesium yaitu bahan perekat yang biasanya disebut tepung anti keringat. 
  
14. Shoes/sepatu panjat khusus yang  berfungsi sebagai alas kaki dan pengaman saat memanjat agar kaki tidak sakit ketika menginjak atau berpijak pada point atau dinding yang tajam atau licin. Sepatu ; Sepatu yang digunakan dalam pemanjatan ada dua jenis, yaitu sepatu yang kejur (kaku dan keras)dan sepatu yang lentur.
  

15. Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi/dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt) sedang Resin Anchor dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem (resin glue).
  

16. Helmet/Crash Hat, 
  

Berdasarkan teknik memanjat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Free climbing, adalah pemajatan yang menggunakan peralatan hanya untuk menahan jatuh dan saat berhenti menambat. Pemasangan pengaman tidak digunakan untuk pegangan atau pijakan untuk menambah tinggi.
2. Artificial cimbing, adalah pemanjatan yang menggunakan peralatan selain untuk menahan jatuh, juga digunakan untuk menambah ketinggian dengan cara dijadikan pegangan atau pijakan.

Taktik pemanjatan
1. Taktik Alpine, adalah pemanjatan tanpa lagi berhubungan dengan base camp, semua perlengkapan dan makanan dibawa terus.
2. Taktik Himalayan, adalah pemanjatan dengan cara menghubungkan antara base camp melalui tali, perlengkapan dan makanan dikirim secara estafet dari camp ke camp.

Peralatan Panjat Tebing dan Fungsi-fungsinya 
1. Tali ; Fungsi utama dalam pemanjatan adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Tali yang dipakai dalam panjat tebing terbuat dari nylon (kern) untuk menahan gerakan friksi juga sebagai penguatan digunakan pembungkus (mantle) sehingga tali ini bisa disebut ” kermnantle “. Dianjurkan jenis tali yang dipakai hendaknya telah diuji-coba oleh UIAA (Union Internationale Des Associations D’Alpinism) suatu badan yang menguji kekuatan peralatan pendakian. Ukuran kernmantle yang biasa dipakai adalah 8, 8 mm , 9 mm, 10 mm dengan penjang standar adalah 50 meter.

Tali ini memiliki sifat-sifat :
a. Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
b. Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
c. Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
d. Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki jatuh, misalnya)

Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan.Sebelum dipakai untuk pemanjatan tali ini harus diurai terlebih dulu, untuk memeriksa keadaan tali. Caranya yaitu ditekan dengan ibu jari saat diulur..

2. Kermantle ada dua macam :
a. Tali Dinamik ; Memiliki kelenturan bagus sehingga dapat berfungsi sebagai peredam kejut. Kelenturannya mencapai 5- 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Biasanya memakai warna yang mencolok seperti merah, hijau dan ungu.
b. Tali Statik; Tidak memiliki kalenturan yang baik sehingga biasanya dipakai untuk menuruni tebing/rapelling atau ascending. Sifatnya kaku dan umumnya berwarna putih atau hijau.

3. Carabiner ; Biasanya disebut cincin kait, terbuat dari logam alumunium alloy dan mempunyai ragam variasi bergantung pada desain pabriknya. Biasanya kekuatan carabiner tercantum pada alat tersebut.

Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar 2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds.

Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium (Alloy) ini sangat ringan dan cukup kuat, terutama yang bebentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relatif berat bila dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian. Bagian yang paling lemah dari carabiner adalah pin, carabiner bentuk D relatif lebih aman dibanding bentuk oval, karena terdapat cekungan yang memberi ruang bagi pin saat carabiner mendapat beban. Kelebihan dari carabiner bentuk oval adalah relatif mudah dikaitkan pada piton.  Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada sehingga jika pen yang ada pada carabinber sudah longgar sebaiknya jangan dipakai. Ada dua jenis carabiner :
a. Carabiner Screw gate (menggunakan kunci pengaman)
b. Carabiner Snapgate (tidak berkunci)

4. Ascender ; Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. terbuat dari kerangka alumunium dan baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7-11 mm dan berkekuatan 1100 pounds. Dalam menggunakan ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner.

5. Descender ; Alat ini digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.

Beberapa jenis descendeur :
a. Figure of eight
b. Brake bar
c. Bobbin (petzl descendeur)
– single rope
– double rope
d. Modifikasi carabiner . Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.

6. Chock and Friend ; Chock adalah alat dalam pendakian tebing yang dimasukkan ke celah batu dengan jari tangan sehingga terjepit dan dapat menahan berat badan dari arah tertentu.Chock mempunyai tiga bentuk :
a. Hexentric (berbentuk segi enam)
b.Stopper (berbentuk simetris)
c.Trieams (berbentuk paruh burung)
Karena keterbatasannya diciptakan alat pengapit yang disebut friend, yang bisa menyesuaikan bentuk dengan celah tebing.

7. Piton ; Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih rekahan pada tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.

Adakalanya rekahan yang kita hadapi membutuhkan cara pemasangan yang berbeda dan atau perlu dimodifikasi dengan alat lain, sehingga perlu beberapa cara khusus dalam pemasangannya. Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik.

8. Pengaman pasak, macamnya antara lain :
a. angle
b. king ping

9. Webbing ; Terbuat dari bahan nylon berguna sebagai sling, tali tubuh juga sebagai alat bantu penambatan.Webbing memiliki panjang standar 5 meter. Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam.Pertama lebar 25 mm dan berbentuk tubular, sering digunakan untuk :
a. Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness
b. Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau untuk membawa peralatan.
Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasa digunakan untuk macam-macam body slings.

10. Sling ; Biasanya terbuat dari webbing dengan fungsi :
a. sebagai penghubung
b. membuat natural poin dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
c. mengurangi gaya gesek (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang

11. Runners ; Pengaman jalan, sling yang dikaitkan dengan carabiner untuk pengaman jalan penambatan.

12. Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan simpul bowline on a coil. Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.

Jenis-jenis harness :
a. Full body harness
Harness ini melilit di seluruh tubuh, relatif aman dan biasanya dilengkapi dengan sangkutan alat disekeliling pinggang. Sering dipakai di medan salju/es.
b. Seat harness
Harness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu mengganggu pendaki dalam bergerak. Seat harness dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan diapersling atau dengan menggunakan figure of eight sling.

13. Stirrup/EtrierTangga untuk membantu menambah ketinggian tanpa menjejakkan kaki pada tebing. Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

14. Hammer ; Palu untuk membantu menyisipkan piton pada celah, memaku bolt.

15. Bolt Hanger dan Resin Anchor. Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi/dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt) sedang Resin Anchor dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem (resin glue)

16. Helm pengaman, ; ringan tapi keras.
17. Chalk Bag
18. Sepatu

Klasifikasi Pengaman
1. Pengaman emas: pengaman yang berfungsi sangat baik digunakan untuktambatan dan beban jatuh
2. Pengaman perak: pengaman yang berfungsi kurang baik, biasanyabisa terlepas jika dipakai jatuh.
3. Pengaman perunggu: pengaman yang berfungsi jelek dan pasti terlepasjika terkena beban jatuh
4. Pengaman pengunci: pengaman yang berfungsi sangat baik, tidakterlepas jika ditarik ke segala arah dan pastibersifat emas.

Simpul dan Jerat yang dipakai saat memanjat tebing. Dalam memanjat, ada beberapa simpul yang sering dipakai diantaranya: 
1. Simpul 8 (figure 8 knot). Biasanya dipakai pemanjat untuk mengikatkan tali ke harness atau delapan ganda untuk anchoring. 
2. Simpul Kambing (bowline). Saat ini lebih banyak digunakan untuk menderek, mengangkat barang karena sifatnya yang tidak menjerat.
3. Simpul prusik. Simpul ini digunakan mengikatkan sling ke tali untuk ascending (naik).
4. Simpul pangkal (clove hitch). Simpul ini digunakan untuk mengamankan diri ke carabiner anchor.
5. Simpul nelayan ganda (fisherman) yang digunakan untuk membuat sling (lingkaran tali) yang terbuat dari prusik.
6. Simpul Pita (water knot). Simpul untuk menyambung tali yang berbentuk pipih/pita.

1. Simpul
a. Simpul delapan, biasanya digunakan oleh pemanjat yang posisinya dekat dengan tubuh pemanjat. Lubang pada simpul delapan adalah tidak boleh terlalu besar, maksimal hanya bisa masuk 2 atau 3 jari. Pada bagian ujung tali harus diberi simpul pengunci.
b. Simpul pita, biasanya digunakan untuk menyambung tali yang pipih.
c. Simpul nelayan ganda, digunakan untuk menyambung tali yang silinder.
d. Simpul kupu-kupu, digunakan untuk pemanjat tengah.

2. Jerat (pitch)
a. Jerat tambat (Italian hitch), digunakan untuk belay dan rappeling
b. Jerat pangkal (clove hitc), digunakan untuk penambatan.
c. Jerat geser (perusik hitch), perusik yang dijeratkan di tali utama.

Penambatan (anchor)
Keselamatan adalah hal utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Demikian halnya dengan panjat tebing meskipun aktivitas ini merupakan petualangan, tetapi keselamatan tetap esensial. 

Fungsi tali adalah pengaman bagi pemanjat dari resiko fatal yang diakibatkan apabila ia jatuh. Tali ini, menghubungkan antara pemanjat dengan belayer. Sebelum melakukan pemanjatan belayer harus mencari dan menambatkan dirinya pada anchor agar tidak terseret saat pemanjat jatuh. Namun sebenarnya faktor keselamatan dari pemanjat itu terletak pada kemampuannya untuk mencari pengaman sebagai tempat runner (running belay). Sehingga fungsi belayer adalah sebagai breaker laju jatuhnya pemanjat .

Pengaman ada dua jenis :
a. Pengaman Alam (natural anchor)
Pengaman yang disediakan oleh alam, macamnya :
1) Tumbuhan ; Bila tubuhan tersebut kuat dan akarnya menghujam ke dalam dinding tebing dan dalam pemasangannya diupayakan harus dekat dengan pangkalnya dengan dijerat pakai tali pita atau webbing.
2) Batu sisip ; Batu yang tersisip disela vertikal tebing.
3) Batu tanduk ; Batu yang menonjol.
4) Celah tembus ; Lubang yang menembus tebing.

b. Pengaman buatan (artificial anchor)
1) Pengaman sisip(chock) ; Biasanya dipasang pada cacat batuan(berupa celah).
2) Pengaman sisip pegas ; Dipasang pada celah yang menyempit, baik vertikal maupun horizontal.
3) Pengaman pasak/piton ; Dipasang pada cacat batuan yang dangkal, sempit, berbentuk pipih untuk memudahkan pemakaian.
4) Paku tebing/bolt ; Pemakaiannya diborkan pada tebing, dipakai pada tebing yang ” blank “.

Pada prinsipnya melakukan penambatan harus seaman dan sepraktis mungkin sehingga pada saat memanjat tidak menjadi terganggu oleh penambatannya.

Gerakan Memanjat 
1. Lay Back yaitu diantara dua tebing yang membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai retakan yang memanjang dari bawah ke atas. Gerakan ke atas untuk kondisi tebing seperti ini adlah dengan mendorong kaki pada tebing dihadapan kita dan menggeser-geserkan tangan pada retakan tersebut ke atas secara bergantian pada saat yang sama. Gerakan ini sangat membutuhkan tenaga yang sangat besar.
2. Chimey yaitu bila kita menemui dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup besar untuk memasukkan tubuh, cara yang dilakukan adalah dengan menyandarkan tubuh pada tebing yang satu dan menekan atau mendorong kaki dan tangan pada dinding yang lain. Chimey terbagi atas beberapa macam yaitu Wriggling, Backing Up dan Bridging.
3. Wriggling yaitu dilakukan pada celah yang tidak terlalu luas sehingga hanya cukup untuk tubuh saja.
4. Backing Up yaitu dilakukan pada celah yang sangat luas, sehingga badan dapat menyusun dan bergerak lebih bebas.
5. Bridging yaitu dilakukan pada celah yang sangat lebar sehingga hanya dapat dicapai apabila merentangkan kaki dan tangan selebar-lebarnya. 
6. Traversing yaitu gaya pemanjatan yang dilakukan ke kiri ataupun ke kanan pada saat melakukan perpindahan gerak jalur pemanjatan.
7. Undercling yaitu dilakukan apabila menghadapi pegangan terbalik, dimana tangan memegangnya secara terbalik dan menarik badan keluar, kemudian kaki naik mendorong badan keluar. Antara dorongan kaki dan tangan saling berlawanan arah sehingga dapat menimbulkan gerakan ke atas.
8. Cheval yaitu dilakukan pada batu yang yang biasa disebut punggungan (arete), pemanjat yang menggunakan cara ini mula-mula dudk seperti penunggang kuda pada arete, lalu dengan kedua tangan menekan bidang batu dibawahnya, ia mengangkat atau memindahkan tubuhnya ke atas atau kedepan.
9. Slab Climbing yaitu pemanjatan yang dilakukan pada tebing licin yang kondisinya tidak terlalu curam.
10. Mantleshelf yaitu dilakukan apabila menghadapi suatu tonjolan datar (flat) yang luas sehingga dapat menjadi bidang untuk berdiri.

Jenis Pijakan 
1. Friction step yaitu cara menempatkan kaki pada permukaan tebing dengan menggunakan bagian bawah sepatu (sol) dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
2. Edging yaitu cara kerja kaki dengan menggunakan sisi luar kaki (sepatu). Normalnya daerah penggunaan edging pada kaki sebelah kiri.
3. Smearing yaitu tehnik berdiri pada seluruh pijakan di tebing.
4. Heel Hooking yaitu tehnik yang digunakan untuk mengatasi pijakan-pijakan yang menggantung ataupun sulit dijangkau oleh tangan, Dengan kata lain kaki dapat di gunakan sebagai pengganti tangan.

Jenis Pegangan 
1. Open grip yaitu pegangan biasa yang mengandalkan tonjolan pada tebing, biasanya di tonjolan tebing yang agak datar dan lebar.
2. Cling grip (I) yaitu jenisnya sama dengan di atas namun pegangannya agak sedikit lebih kecil dan mirip dengan mencubit.
3. Cling grip (II) yaitu jenisnya sama dengan diatas tetapi ditambah dengan menggunakan ibu jari untuk menahan kekuatan tangan.
4. Vertikal grip yaitu pegangan veritkal yang menggunakan berat badan untuk menariknya ke bawah.
5. Pocket grip yaitu pegangan yang biasa digunakan pada tebing batuan limestone (kapur) yang sering banyak lubang.
6. Pinch grip yaitu  pegangan yang digunakan untuk memegang tonjolan pada tebing, bentuknnya seperti mencubit.

Prosedur Keamanan Pemanjatan Tebing
1. Sebelum pemajatan
a. Pemilihan jalur pemanjatan ; Jalur dipilih berdasarkan data yang telah ada, baik melalui literature, informasi dari pemanjat lain, dan pengamatan langsung (orientasi jalur). Pengamatan langsung merupakan cara yang paling baik karena dapat mengetahui kondisi tebing yang sebenarnya. Dalam orientasi jalur ada beberapa hal penting yang sangat diperlukan dalam pemanjatan, antara lain:
1) Memperkirakan ketinggian dan karakter tebing.
2) Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan.
3) Menentukan titik awal pemanjatan
4) Menentukan system dan teknik pemanjatan.

b. Mempersiapkan peralatan
Peralatan yang dibawa disesuikan dengan jalur yang akan dipanjat dan disusun secara sistematik melalu pemeriksaan terhadap peralatan yang akan digunakan, seperti:
1) Pengunci buckle pada harness
2) Simpul-sumpul, alat penambatan, sling webbing, carabiner.
3) Kondisi jahitan pada harness atau peralatan lain yang menggunakan jahitan.
4) Mengurai tali untuk mengetahui kondisi tali dan agar tidak kusut saat pemanjatan.

2. Memulai pemanjatan
Setelah semua peralatan siap, maka pemanjatan dapat dimulai apabila telah terjadi kesepakatan antara leader (pemajat utama) dan belayer (penambat).

Selama pemanjatan
a. Selama pemanjatan berlangsung diusakan penambat selalu dapat melihat proses pemanjatan dan adanya komunikasi antara pemanjat dan penambat.
b. Pemanjat utama hanya bisa menentukan jarak aman antara pengaman yang satu dengan pengaman yang lain sesuai dengan tingkat kesulitan.
c. Untuk mengurangi gesekan (friksi) pada tali utama pemanjatan, panjangkan setiap pengaman yang terpasang dengan sling panjang (terutama pada jalur pemanjatan yang zig-zag).
d. Hindari tempat tinggi ata terbuka saat hujan atau akan turun.
e. Pada saat mencapai teras, maka leader harus mencari atau memasang dua pengaman.
f. Untuk penambatan di teras ketinggian tubuh penambat harus dibawah pengaman emas dan selalu terhubung ke tubuh penambat.
g. Selama pemanjatan berlangsung, jangan pernah melepas tali utama dari tubuh.

3. Sesudah pemanjatan ; Setelah selesai melakukan pemanjatan, semua peralatan yang telah digunakan harus disusun rapi kembali sesuai dengan karakteristik alat. Jika terdapat cacat atau kerusakan pada perlengkapan pengaman harus diberi tanda atau diganti.

Aba-aba Internasional Belayer-Leader
Leader : ”On belay?” (saya akan memanjat, apakah belaying sudah siap?)
Belayer : ”Belay on” (saya sudah siap)

Leader : ”Climbing” (saya akan memanjat)
Belayer : “Climb on” (silahkan memanjat)

Leader : ”Slack” (kendurkan tali, saya tidak bisa bergerak karena tali terlalu kencang)
Belayer mengendurkan tali tanpa menyahut
Leader : ”pull” (tali terlalu kendur, mohon tali dikencangkan sedikit)
Belayer mengencangkan tali tanpa menyahut

Leader : ”Off belay” (saya dalam posisi baik, tidak perlu belaying)
Belayer : ”Belay off” (Belayer mencoba meyakinkan bahwa pemanjat betul-betul tidak lagi belaying)

Leader : ”Tension” (tahan tali dengan erat)
Belayer menggunakan tangan penahan untuk mengunci tali belaying

Leader : ”Falling” (saya jatuh, mohon tahan tali/dikunci)
Belayer dengan tangan penahan untuk mengunci tali belaying dan mengamankan pemanjat yang jatuh

Leader : ”Rock” (Awas ada benda keras yang jatuh, hati-hati)
Belayer : ”Rock” (Belayer meneriakkan kembali kata-kata leader menandakan dia sudah mengetahui)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.