Medan gunung hutan dan wilayah perairan yang luas menjadi bentang alam yang mainstream untuk wilayah Indonesia. Medan seperti itu merupakan potensi objektif yang sering dihadapi para pegiat alam bebas (naturalist) dan secara cepat bisa berubah menjadi situasi survival.
Selain itu bahaya subjektif yang dihadapi para pendaki juga bisa membawa para pendaki kepada kesulitan-kesulitan. Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan makhluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), dan keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan).
Selain itu bahaya subjektif yang dihadapi para pendaki juga bisa membawa para pendaki kepada kesulitan-kesulitan. Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan makhluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), dan keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan).
Secara kongkrit situasi survival yang sering ditemui diantaranya adalah:
1. tersesat di hutan
2. kehabisan makanan di gunung
3. kecelakaan di tengah hutan belantara
4. peralatan rusak di perjalanan (seperti ransel basah, dll)
5. terjebak cuaca ekstrim cukup lama, seperti hujan lebat, badai, dll
6. terdampar di pulau terpencil karena kapal yang karam
7. pesawat jatuh di gunung
Ada pedoman untuk menghadapi situasi survival, pedoman ini dikenal dengan istilah STOP, yaitu:
1. Stop/seating, berhenti dan duduklah beristirahat, jangan panik
2. Thinking, gunakan akal dan selalu sadar akan keadaan yang dihadapi
3. Observe, amati keadaan sekitar, tentukan arah, mendapatkan alat-alat yang masih ada dan hindari hal-hal yang tidak perlu
4. Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila sudah memutuskan apa yang akan dilakukan
Kalangan militer, khususnya komando, membuat rincian lagi dari pedoman survival, yang berasal dari huruf-huruf survival itu sendiri yaitu:
1. Sadarilah sungguh-sungguh situasimu
2. Untung malang tergantung pada ketenanganmu
3. Rasa takut dan panik harus dikuasai
4. Vakum isilah segera
5. Ingatlah di mana kau berada
6. Viva (hidup) hargailah dia
7. Adat istiadat setempat perlu ditiru
8. Latihlah dirimu dan belajarlah selalu
Selain pedoman-pedoman prinsip diatas, langkah-langkah berikut juga bisa dilakukan untuk melakukan survival apabila situasinya melibatkan beberapa orang (kelompok), yaitu :
1. Mengkoordinasikan anggota atau survivor yang masih ada atau masih hidup.
2. Melakukan pertolongan pertama terhadap anggota atau survivor yang mengalami luka-luka atau sakit. Pertolongan ini harus dilakukan pertama kali karena situasi survival biasanya diiringi dengan bahaya secara fisik
3. Memeriksa kemampuan dan keadaan anggota, dengan diketahuinya kemampuan personil yang ada akan memudahkan koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan dalam situasi survival
4. Mengadakan orientasi medan untuk menentukan koordinasi dan posisi survivor yang sebenarnya
5. Mengadakan penjatahan makanan
6. Membuat rencana kegiatan survial dan pembagian tugas
7. Mengupayakan komunikasi dengan pihak luar
8. Apabila survivor memutuskan untuk melaksanakan survival secara dinamis, maka survivor harus membuat jejak dan mencari perhatian, sehingga ia lebih mudah ditemukan oleh tim SAR
9. Mendapatkan pertolongan
Dalam buku ini akan bahas 5 (lima) keterampilan yang menjadi bagian dari kemampuan survival yaitu membuat perlindungan, mencari dan mengolah makanan, membuat perapian, mencari air, mengatasi gangguan binatang, melakukan komunikasi dengan pihak luar serta berlatih untuk survival. Kalangan pecinta alam sering mengistilahkannya dengan BAJAK, yaitu Bivak (shelter), Air, Jerat (makanan), Api, dan Komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.