Berkemah merupakan kegiatan paling sederhana yang dilakukan di gunung (mountain). Berkemah adalah kegiatan mendirikan tenda (kemah) dan banyak dilakukan di hutan, baik di pinggir hutan atau di malah di dalam hutan itu sendiri. Kegiatan berkemah termasuk salah satu kegiatan di alam terbuka yang menyenangkan dan banyak memiliki manfaat.
Berkemah tidak harus selalu membawa perlengkapan kemah dalam bentuk besar dan berat. Justru lebih baik apabila membawa perlengkapan sepraktis mungkin sehingga mengurangi beban di perjalanan.
Berkemah yang paling nyaman adalah dengan membawa tenda-tenda kubah (dome), namun bisa juga dengan membawa peralatan sederhana seperti membuat shelter yang disusun dari poncojas hujan (rain coat), atau dari lembaran-lembaran tipis tahan air (fly-sheet). Lebih natural lagi apabila membuat bivak alam yang sudah tersedia di alam (gua, pepohonan atau membuat dari tumbuhan).
Berkemah akan lebih seru dan menantang apabila dilakukan di daerah yang masih alami atau alam bebas. Alam Bebas atau yang disebut dengan Natural Reserve berbeda dengan alam buatan (Artificial Reserve). Alam bebas contohnya seperti laut, sungai, rawa, danau, tebing, hutan, gunung, gua, bahkan angkasa.
Berkemah, sesederhana apapun bentuknya, memiliki resiko yang tidak kecil apabila tidak dipersiapkan dengan baik. Paling tidak ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan yaitu:
- memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik
- memiliki perencanaan kegiatan, perlengkapan dan perbekalan sedetil mungkin
- memiliki perlengkapan dan perbekalan yang cukup sesuai tujuan, rute dan lokasi yang ingin dicapai
- memiliki rancangan acara yang bisa memberikan multi-manfaat bagi peserta kemah
Kegiatan di alam bebasnya bukannya tidak memiliki resiko. Collin Martlock (1973), seorang pakar pendidikan alam terbuka, pernah memetakan bahaya-bahaya yang ditemui dalam kegiatan di alam bebas, yaitu bahaya subjektif dan bahaya objektif.
Bahaya subjektif adalah potensi bahaya yang berada di bawah kendali manusia yang melakukan kegiatan. Kasus-kasus yang terjadi berkaitan dengan bahaya subjektif ini misalnya pemilihan alat yang salah, cara penggunaan perlengkapan yang tidak dikuasai, pemilihan jenis perjalanan yang tidak tepat bagi peserta, minimnya data lapangan yang didapat, perhitungan logistic yang salah sehingga kelaparan.
Ada juga lupa membawa baterai cadangan sehingga menyulitkan kegiatan pada malam hari, sarung tangan yang rusak sehingga terkena frostbite (kedinginan), mengajak teman yang belum siap menghadapi kondisi medan yang didatangi, tidak membawa peta topografi, tidak tahu cara menggunakan kompas orienteering, kondisi fisik yang tidak mendukung dan masih banyak lagi lupa, tidak tahu, bingung, dll.
Sedangkan bahaya objektif adalah bahaya yang datang dari alam itu sendiri. Bahaya objektif sering muncul secara tiba-tiba dan sulit diprediksi. Bahaya ini berada diluar kendali manusia, misalnya banjir, udara panas, badai, hujan lebat, longsor, hutan lebat, udara dingin, dll.
Sekelompok remaja yang asik mandi-mandi di curug (air terjun) mungkin tidak menyadari jika aktifitas mereka berpotensi bahaya karena perubahan mendadak pada debit air di atas bukit yang menyebabkan longsor di curug hanya bisa dikenali oleh mereka yang sudah berpengalaman membaca perubahan cuaca yang sering mendadak atau tanda-tanda alam lainnya.
Semakin subjektif suatu bahaya maka akan semakin diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya semakin objektif suatu bahaya maka akan semakin sukar diperkirakan dan sukar dihindarkan.
Para pegiat alam bebas pemula mempunyai kecenderungan untuk berada di daerah bahaya subjektif, sedangkan bagi mereka yang sudah berpengalaman lebih cenderung berada di daerah bahaya objektif.
Untuk memaksimalkan nikmatnya berkemah dan mengurangi resiko bahaya di alam terbuka, maka berkemah harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Berikut tahapan berkemah yang bisa menjadi pedoman :
1. Persiapan
- Pembentukan panitia dan melakukan koordinasi untuk persiapan
- Penentuan jenis kegiatan, waktu, tempat, tujuan dan biaya.
- Peninjauan lokasi (survey) dan rute (apabila tidak memungkinkan, bisa dilakukan dengan melihat laporan kegiatan di lokasi yang sama pada waktu lalu, atau melihat di google map atau peta topografi yang tersedia
- Menyusun rencana perlengkapan dan perbekalan
- Melakukan packing perlengkapan
- Pemberitahuan dan Perijinan kegiatan
- Membuat jadwal kegiatan/acara
- Memantapkan kesiapan mental, fisik dan ketrampilan.
2. Pemberangkatan ke lokasi
- Penentuan waktu dan tempat kumpul
- Memeriksa kembali perlengkapan
- Memeriksa kesehatan fisik
- Pembagian kelompok
- Memperingatkan kedisiplinan, ketertiban dan sopan santun selama perjalanan
3. Pelaksanaan acara
- Sesampainya di lokasi segera berkoordinasi dengan “penguasa wilayah” setempat
- Melakukan pemeriksaan lokasi : dukungan sumber air, kontur tanah dan karakteristiknya
- Membuat kemah, bivouac, shelter atau perlindungan yang diperlukan
- Mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk catatan, gambar dan film
- Setelah selesai membongkar tenda dan kembali membersihkan areal kemah
4. Perjalanan Pulang
- Sebelum pulang kembali memeriksa kelengkapan perlengkapan berkemah agar tidak ada yang tertinggal.
- Jangan mengambil apa yang ada di alam, seperti bunga atau tumbuhan, apalagi jika itu langka seperti bunga Edelweis dll.
5. Kegiatan akhir
- Membersihkan, merapikan peralatan yang sudah dipakai
- Evaluasi kegiatan dan acara
- Membuat catatan akhir dan laporan
- Merapikan dokumentasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.