Sabtu, 27 Juli 2019

Teknik Berjalan di Gunung



Berjalan di gunung dengan mambawa ransel yang cukup berat tentu berbeda secara teknik bila dibandingkan dengan berjalan di jalanan aspal yang datar. Kontur pegunungan yang kadang naik, kadang turun, juga dengan tekstur yang bervariasi antara jalan tanah, jalan berpasir, jalan bebatuan atau jalanan berair, memerlukan teknik yang berjalan yang khas.

Norman Edwin dalam bukunya Mendaki Gunung Sebuah Tantangan Petualangan menjelaskan dengan sangat baik teknik berjalan di gunung. Berikut paparan sang sahabat alam ini. 

Mendaki di gunung pada dasarnya adalah olah raga berjalan, karenanya penguasaan teknik berjalan yang benar wajib dikuasai terlebih dahulu. Berjalan di gunung tidak sama dengan berjalan di trotoar atau lantai gedung. 

Di gunung seorang pendaki harus berjalan dengan ransel di pundak, melintasi lembah, mendaki tebing, menuruni ceruk yang dalam atau meniti punggung bukit yang tipis. Dengan beban dan medan seperti itu berjalan seimbang di gunung mutlak dikuasai.

Berjalan harus dengan irama yang tetap, tidak kaku seperti robot. Tidak ubahnya seperti penari, berjalan di gunung punya seni sendiri dan harus dirasakan sebagai suatu kesenangan. 

Dasar berjalan adalah melangkah, berjalanlah dengan langkah-langkah kecil. Langkah yang lebar akan menyebabkan berat badan hanya ditopang satu kaki, keseimbangan bisa goyah. 

Ingat kaki bukan hanya menahan berat tubuh tetapi juga beban dalam ransel. Dengan langkah yang kecil, gerakan nafas lebih teratur, ini jelas menghemat tenaga. 

Pendaki umumnya berjalan lebih lambat dibanding pejalan kaki biasa. Jika anda sukar bicara dengan teman disebelah karena nafas yang tidak teratur lagi, itu suatu pertanda anda berjalan terlalu cepat. Lebih baik berjalan lambat dengan istirahat sedikit daripada berjalan cepat dengan istirahat yang lebih lama. 

Bagi pendaki berpengalaman, berjalan dua atau tiga jam tanpa istirahat adalah hal biasa. Tetapi untuk ukuran minimal, berjalan satu jam dengan istirahat 10 menit adalah normal. 

INGAT !
- Berjalanlah dengan langkah-langkah kecil 
- Atur nafas untuk lebih teratur
- Istirahat jangan terlalu lama
- Jalan satu jam dengan istirahat 10 menit adalah normal !

Ketika istirahat, duduk dengan kaki yang melonjor lurus sedikit diatas badan untuk mengembalikan darah supaya mengalir normal. Teguk sedikit minuman akan membantu memulihkan tenaga. Jangan istirahat di tempat berangin karena udarana dingin akan mengerutkan otot yang sedang istirahat. Jangan istirahat terlalu lama, sayang otot-otot kaki yang sudah panas dan kencang nanti mengendur dan membutuhkan pemanasan kembali. 

Kalau anda membutuhkan istirahat setiap setengah jam atau kurang, hal ini suatu pertanda bahwa anda terlalu capai dan lemah. Ada baiknya memakan sedikit garam untuk menghindarkan kram, karena banyaknya keringat yang mengucur dari tubuh ikut menghilangkan garam dari tubuh. 

Ketika berjalan perhatikan medan yang dihadapi. Kalau melewati medan penuh kerikil atau batu kecil jangan sampai tergelincir. Jika melewati batu-batu besar dan bulat seperti di sungai, bergerak dengan cepat melompat dari satu batu kebatu lain. Cara ini tentu saja aman kalau sang pendaki tidak lelah. Cara yang lebih aman lagi ialah menaiki batu satu persatu secara perlahan dengan memeriksa apakah batu sudah cukup kuat untuk dijejaki.

Medan yang berumput dan terjal sering membahayakan, apalagi kalau basah (berembun atau hujan), termasuk medan yang becek, berlumpur dan licin. Jika sepatunya kurang ”kembang”nya akan menyulitkan pendaki. Jangan percaya pada pohon-pohon kecil di pinggir-pinggir tebing. Pohon ini sering kali tak cukup kuat menopang tubuh, sehingga ganpang tercerabut ketika dijadikan tumpuan badan. Cukup jadikan pepohonan kecil itu sebagai penyeimbang badan saja.

Mendaki di lereng gunung dengan tanah berpasir lebih sukar dibanding di tanah keras. Agar tidak melorot, kadang kaki perlu disepakkan dalam ke tanah berpasir. Orang kedua dan seterusnya tinggal menerusi jejak langkah orang pertama. Tanah berpasir bekas jejak akan menjadi lebih kompak dan keras.

Berjalan di punggung sebuah tebing yang tipis dengan jurang menganga di kiri dan kanan merupakan kondisi kritis yang membutuhkan teknik tersendiri. Angin kerap kali menggoyahkan keseimbangkan. Menghadapi medan seperti itu sangat membutuhkan sikap tenang dan konsentrasi, irama jalan tetap dijaga, dan jangan sekali-kali melakukan gerakan yang membahayakan seperti melempar batu atau mengayunkan tangan keras-keras.

Jangan memotong lintasan yang sudah ada. Jalan setapak di gunung memang berkelok-kelok, tapi lintasan itu biasanya mengikuti kontur alam sehingga menjadi tidak terlalu curam. Memotong lintasan berarti merusak jalan setapak yang sudah ada. Biasanya jalan memotong akan lebih curam dan sukar dilalui, tenaga juga akan cepat terforsir.

Ikuti lintasan-lintasan yang telah ada dengan seksama. Hafalkan ciri-ciri khas pada setiap lintasan, siapa tahu akan berguna jika anda kehilangan arah. Berjalan secara zig-zag pada medan sangat curam akan membantu mengatur nafas dan irama langkah kaki. 

Medan berhutan lebat seringkali menghilangkan lintasan-lintasan yang sudah ada. Kalau terpaksa membuka jalan mulailah dengan hati-hati. Pastikan posisi anda terlebih dahulu dalam peta sebelum membuka jalan, lalu tetapkan lintasan yang akan diambil. Gunakan golok atau parang untuk menebas duri yang menghalangi. Lakukan tebasan sesedikit mungkin, kalau bisa cukup sibakkan dengan tangan atau didorong dengan badan. Menebas akan menguras tenaga sangat besar. 

Perhatikan saat turun gunung. Turun gunung berarti keadaan tubuh sudang sangat lelah karena telah melalui puncak. Sekalipun bekal yang menjadi beban ransel sudah berkurang, namun karena letih maka tidak ada istilah melangkah semakin ringan. Boleh jadi melangkah semakin berat karena seluruh berat badan mendorong anda ke bawah. Otot kaki bekerja lebih berat. Kemungkinan tergelincir, terkilir atau terguling menjadi pengalaman bagi pendaki yang turun gunung. 

Makin panjang lereng gunung yang dituruni, makin cepat anda terseret ke bawah. Segera ambil tindakan untuk menggentikannya yaitu dengan mendaratkan kaki di batu yang menonjol atau menancapkan tumit kaki ke tanah yang gembur atau berpasir. Jangan berjalan dengan tubuh doyong ke depan, sehingga berat tubuh tidak seluruhnya bertumpu di kaki.

Sebelum turun ikat tali sepatu kaki lebih kencang daripada biasanya. Tekanan berat badan ke depan akan menyakiti jari jemari kaki yang tertekuk di ujung sepatu. Apalagi jika nomor sepatu tidak cocok dengan besar kaki. Turun di lereng berpasir akan menyenangkan jika dilakukan dengan gerakan merosot dengan menggelincirkan telapak sepatu.

 
Saat turun, jangan keluar dari lintasan yang sudah ada, lebih-lebih memotong jalan setapak sehingga harus menuruni tebing yang curam. Istirahatlah secara teratur pada waktu menuruni lereng-lereng gunung yang panjang. Ini membantu otot kaki agar tidak terlalu tegang.

Jika terpaksa keluar dari lintasan, selalu jalan di atas punggung-punggung gunung. Hindari jalan di ceruk-ceruk atau mengikuti sungai-sungai di bawah punggung gunung. Sungai memang menunjuk arah yang gampang ke bawah, namun sering kali berbentuk tebing curam dan air terjun. Banyak kesalahan pemula ketika mereka menuruni gunung dengan mengikuti sungai.

Gunung-gunung yang sering didaki mempunyai jalan setapak yang jelas kelihatan. Apabila ditemui beberapa jalan setapak pada suatu lintasan, segera putuskan untuk mengikuti jalan setapak yang paling jelas kelihatan. Jalan setapakan yang kurang jelas biasanya merupakan lintasan para penebang kayu/penduduk. Kalau akhirnya pendaki terjebak dan kehilangan jalan setapak, pilihlah lintasan dengan tetap berada di punggung-punggung gunung, dan bukan berjalan di ceruk-ceruk atau mengikuti aliran sungai.

Berhati-hatilah saat melewati daerah kawah dan sekitarnya, karena sering ditemui adanya gas beracun. Perhatikan apakah lintasan yang dilalui merupakan daerah gersang dan tidak dijumpai tumbuhan apapun, bisa jadi itu pertanda gas beracun. Kalau kepala anda terasa pusing, segera hindari dan carilah tempat berudara segar untuk memulihkan kondisi tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.