Minggu, 21 Juli 2019

Kegiatan Berkemah



Berkemah merupakan kegiatan paling sederhana yang dilakukan di gunung (mountain). Berkemah adalah kegiatan mendirikan tenda (kemah) dan banyak dilakukan di hutan, baik di pinggir hutan atau di malah di dalam hutan itu sendiri. Kegiatan berkemah termasuk salah satu kegiatan di alam terbuka yang menyenangkan dan banyak memiliki manfaat. 

Berkemah tidak harus selalu membawa perlengkapan kemah dalam bentuk besar dan berat. Justru lebih baik apabila membawa perlengkapan sepraktis mungkin sehingga mengurangi beban di perjalanan. 

Berkemah yang paling nyaman adalah dengan membawa tenda-tenda kubah (dome), namun bisa juga dengan membawa peralatan sederhana seperti membuat shelter yang disusun dari poncojas hujan (rain coat), atau dari lembaran-lembaran tipis tahan air (fly-sheet). Lebih natural lagi apabila membuat bivak alam yang sudah tersedia di alam (gua, pepohonan atau membuat dari tumbuhan).

Berkemah akan lebih seru dan menantang apabila dilakukan di daerah yang masih alami atau alam bebas. Alam Bebas atau yang disebut dengan Natural Reserve berbeda dengan alam buatan (Artificial Reserve). Alam bebas contohnya seperti laut, sungai, rawa, danau, tebing, hutan, gunung, gua, bahkan angkasa. 

Berkemah, sesederhana apapun bentuknya, memiliki resiko yang tidak kecil apabila tidak dipersiapkan dengan baik. Paling tidak ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan yaitu:
1. memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik
2. memiliki perencanaan kegiatan, perlengkapan dan perbekalan sedetil mungkin
3. memiliki perlengkapan dan perbekalan yang cukup sesuai tujuan, rute dan lokasi yang ingin dicapai
4. memiliki rancangan acara yang bisa memberikan multi-manfaat bagi peserta kemah

Kegiatan di alam bebasnya bukannya tidak memiliki resiko. Collin Martlock (1973), seorang pakar pendidikan alam terbuka, pernah memetakan bahaya-bahaya yang ditemui dalam kegiatan di alam bebas, yaitu bahaya subjektif dan bahaya objektif. 

Bahaya subjektif adalah potensi bahaya yang berada di bawah kendali manusia yang melakukan kegiatan. Kasus-kasus yang terjadi berkaitan dengan bahaya subjektif ini misalnya pemilihan alat yang salah, cara penggunaan perlengkapan yang tidak dikuasai, pemilihan jenis perjalanan yang tidak tepat bagi peserta, minimnya data lapangan yang didapat, perhitungan logistic yang salah sehingga kelaparan. 

Ada juga lupa membawa baterai cadangan sehingga menyulitkan kegiatan pada malam hari, sarung tangan yang rusak sehingga terkena frostbite (kedinginan), mengajak teman yang belum siap menghadapi kondisi medan yang didatangi, tidak membawa peta topografi, tidak tahu cara menggunakan kompas orienteering, kondisi fisik yang tidak mendukung dan masih banyak lagi lupa, tidak tahu, bingung, dll.

Sedangkan bahaya objektif adalah bahaya yang datang dari alam itu sendiri. Bahaya objektif sering muncul secara tiba-tiba dan sulit diprediksi. Bahaya ini berada diluar kendali manusia, misalnya banjir, udara panas, badai, hujan lebat, longsor, hutan lebat, udara dingin, dll. Sekelompok remaja yang asik mandi-mandi di curug (air terjun) mungkin tidak menyadari jika aktifitas mereka berpotensi bahaya karena perubahan mendadak pada debit air di atas bukit yang menyebabkan longsor di curug hanya bisa dikenali oleh mereka yang sudah berpengalaman membaca perubahan cuaca yang sering mendadak atau tanda-tanda alam lainnya.

Semakin subjektif suatu bahaya maka akan semakin diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya semakin objektif suatu bahaya maka akan semakin sukar diperkirakan dan sukar dihindarkan. Para pegiat alam bebas pemula mempunyai kecenderungan untuk berada di daerah bahaya subjektif, sedangkan bagi mereka yang sudah berpengalaman lebih cenderung berada di daerah bahaya objektif.

Untuk memaksimalkan nikmatnya berkemah dan mengurangi resiko bahaya di alam terbuka, maka berkemah harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Berikut tahapan berkemah yang bisa menjadi pedoman :

1. Persiapan
a. Pembentukan panitia dan melakukan koordinasi untuk persiapan
b. Penentuan jenis kegiatan, waktu, tempat, tujuan dan biaya.
c. Peninjauan lokasi (survey) dan rute (apabila tidak memungkinkan, bisa dilakukan dengan melihat laporan kegiatan di lokasi yang sama pada waktu lalu, atau melihat di google map atau peta topografi yang tersedia
d. Menyusun rencana perlengkapan dan perbekalan
e. Melakukan packing perlengkapan
f. Pemberitahuan dan Perijinan kegiatan
g. Membuat jadwal kegiatan/acara 
h. Memantapkan kesiapan mental, fisik dan ketrampilan.

2. Pemberangkatan ke lokasi
a. Penentuan waktu dan tempat kumpul
b. Memeriksa kembali perlengkapan 
c. Memeriksa kesehatan fisik
d. Pembagian kelompok 
e. Memperingatkan kedisiplinan, ketertiban dan sopan santun selama perjalanan

3. Pelaksanaan acara
a. Sesampainya di lokasi segera berkoordinasi dengan “penguasa wilayah” setempat
b. Melakukan pemeriksaan lokasi : dukungan sumber air, kontur tanah dan karakteristiknya
c. Membuat kemah, bivouac, shelter atau perlindungan yang diperlukan
d. Pelaksanaan acara dan kegiatan 
e. Mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk catatan, gambar dan film
f. Setelah selesai membongkar tenda dan kembali membersihkan areal kemah

4. Perjalanan Pulang
a. Sebelum pulang kembali memeriksa kelengkapan perlengkapan berkemah agar tidak ada yang tertinggal.
b. Jangan mengambil apa yang ada di alam, seperti bunga atau tumbuhan, apalagi jika itu langka seperti bunga Edelweis dll.

5. Kegiatan akhir
a. Membersihkan, merapikan peralatan yang sudah dipakai
b. Evaluasi kegiatan dan acara
c. Membuat catatan akhir dan laporan
d. Merapikan dokumentasi 

Kegiatan berkemah merupakan kegiatan yang menyenangkan. Berkemah pada dasarnya adalah memindahkan kegiatan keseharian di rumah ke medan alam terbuka yang tidak memiliki batas dan ruang. Kegiatan-kegiatan pokok berkemah diantaranya adalah :

1. Mendirikan Kemah (Tenda)
Camping is what childhood memories are made of
Mendirikan tenda tidak boleh sembarangan, salah tempat mendirikan tenda akan sengsara jadinya. Dulu sekali, kita pernah mengadakan kegiatan berkemah di pulau Damar, ternyata kita salah memilih tempat tenda, pada siang hari memasang tenda rasanya nikmat sekali berkemah di pinggir pantai, hingga dipasanglah tenda pas di pinggir pantai. Namun pada malam harinya ternyata itu jalur air pasang sehingga mendadak seketika tenda sempat tersapu oleh arus air laut. 

Ada beberapa syarat memilih tempat berkemah, diantaranya adalah :
a. Tanahnya rata, lebih baik lagi agak sedikit miring dan berumput, tanah miring akan membantu air mudah mengalir di bawah lapisan tenda. Memang membuat parit akan membantu, tapi jika hujan terlalu lebat, posisi miring akan sangat membantu
b. Ada pohon pelindung, namun perhatikan jangan mendirikan tenda di pohon yang sudah tua dan lapuk, karena terpaan angin bisa mematahkan ranting dan dahan sehingga menimpa tenda kita
c. Membuat saluran pengeringan pembuangan air.
d. Letak tenda dekat dengan sumber air.
e. Terjamin keamanannya, terutama ancaman dari binatang buas, melata atau berbisa. Perhatikan pula, jangan membuat tenda di tempat/jalur babi mencari makan, karena tenda bisa diseruduk olehnya. Perhatikan pula lingkungan sekiar, sebab di beberapa kubangan air, atau danau kecil didalam hutan bisa merupakan tempat hewan buas minum. 
f. Tidak terlalu dekat dengan kampung dan jalan raya, lebih alami suasana alamnya maka itu lebih baik. Akan sangat tidak mengenakkan apabila bertenda di samping mobil atau motor yang diparkir. Semakin jauh ke dalam hutan, akan semakin alami suasananya.
g. Memiliki akses dengan dunia luar, ini terutama bagi para pendaki mula atau mereka yang baru mengenal kegiatan berkemah. Agar apabila ada situasi emergency, akses ke dunia luar akan sangat dibutuhkan
h. Hindari jalur angin masuk ke dalam tenda, dengan cara mendirikan tenda membujur menurut mata angin. Angin dingin yang langsung menghembus masuk ke dalam tenda bisa menurunkan suhu tubuh secara cepat. Tapi terkadang membuat tenda itu paling enak jika langsung mengarah ke pemandangan alam yang terbuka, view nya gimana gituh.
i. Dan jangan lupa, buatlah tenda dimana pintu tenda mengarah ke pemandangan alam, sehingga begitu ke luar tenda yang pertama dilihat adalah indahnya alam sekitar

Tent view of mountain range with hiking boot in the foreground : Stock Photo

2. Memasak Makanan
Memasak termasuk aktifitas paling menyenangkan di gunung. Seseorang yang jago masak di dapur belum tentu jago masak di gunung. Ada beberapa jenis bahan bakar yang bisa dipergunakan untuk memasak makanan, yaitu :
a. Bahan bakar alam, seperti membuat dulu api unggun dan tungku memasaknya. Selama masih ada kayu bakar maka selama itu pula kita bisa masak di gunung. Getah pinus yang sering dikumpulkan oleh petani pinus adalah bahan bakar yang paling bagus untuk membuat api unggun. Selama ada korek atau fire starter, kita bisa membuat perapian alam yang sesuai kebutuhan.
b. Bahan bakar padat, ini contohnya adalah bahan bakar parafin yang biasa digunakan tentara. Parafin cepat membakar namun tidak lama waktunya. Parafin sifatnya digunakan untuk menghangatkan makanan, ini sesuai dengan bahan yang dimasak yaitu ransum tentara. Satu paket parafin biasanya terdiri dari 12 kotak bahan.
c. Bahan bakar gas. Bahan bakar gas praktis digunakan karena kita bisa mengatur besar api dan lama pembakarannya dengan mudah. Hampir semua jenis olahan makanan bisa dioleh dengan bahan bakar gas ini. Tungku atau kompor bahan bakar gas banyak jenisnya, bawalah yang ukurannya kecil dan praktis (portable)
d. Bahan bakar gas cair. Kompor trangia adalah jenis kompor impor yang paling terkenal di kalangan pecinta alam, namun kini produk lokalnya juga sudah banyak dibuat di Indonesia. Kelebihannya bahan bakar spirtus yang digunakan lebih mudah dan murah didapat ketimbang bahan bakar gas. Untuk pendakian yang lama waktunya sangat disarankan untuk membawa kompor jenis ini.
e. Bahan bakar gel. Bahan bakar gel ini termasuk bahan bakar jenis baru (tahun 2010-an), beberapa produk lokal sudah bermunculan. Namun jenis bahan bakar ini kurang diminati sehingga tidak terdengar lagi kabarnya kini. 

Marshmallows 3

Adapun bahan makanan yang bisa dimasak adalah bahan makanan yang dibawa dari rumah atau yang disediakan secara alami di alam. Keduanya memiliki cita rasa tersendiri. Apabila ingin memperolah masakan yang sesuai selera lidah, maka pilihannya adalah membawa bahan makanan sendiri. Namun apabila ingin memncoba sesuatu yang lain dan lebih menantang, maka mencari bahan makanan di alam bebas merupakan alternatif yang tidak boleh dilewatkan.

Memasak yang paling banyak waktunya adalah di malam hari. Inilah kesempatan untuk menyalurkan hobi masak di gunung.

3. Bermain
shadow play
Yang dimaksud bermain disini adalah berinteraksi dengan berbagai fasilitas alam yang disediakan Allah SWT. Aktifitas air termasuk yang paling disukai seperti berenang di sungai, bermain di Curug, menyelam di laut atau memancing. Adapun aktifitas kering yang termasuk diminati ketika berkemping diantaranya adalah berjalan jauh, menikmati pemandangan, rappeling, climbing, atau memanah (berburu). Bahkan sekedar memandang view pegunungan yang bersih dan dingin sudah merupakan kenikmatan tersendiri. Orang yang pernah kemping biasanya tidak pernah kapok untuk kembali kemping. 

Kegiatan outbound training sangat cocok dilakukan ketika kemping. Outbound training adalah bentuk pembelajaran kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan praktik, yang didasarkan kepada karakter saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif. Dimensi alam sebagai obyek pendidikan bisa menjadi laboratorium sesungguhnya dan tempat bermain yang mengasyikan dengan berbagai metodenya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.